Malang – Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Kesekretarian UMM mengadakan kegiatan rutinitas bulanan, yakni webinar series. Jum’at (29/10) IAEI-UMM mengambil tema “Wakaf di Tengah Pandemi”, melihat potensi wakaf yang besar di Indonesia serta memerlukan kajian mendalam IAEI-UMM mencoba memantik hal ini dengan diskusi berkelanjutan.
IAEI-UMM menggandeng PT. WakafPRO 99 Corportaion untuk mencoba membahas tema ini. Narasumber pada acara ini ialah Dr. Rahmad Hakim, selaku Kaprodi Ekonomi Syariah UMM dan Gerryadi Agusta Sachanity selaku CINO (Chief Innovatin Office) PT. WakafPRO 99 Corporation.
Narasumber Pertama, Rahmad Hakim membahas tentang “Potret Wakaf Kita; Kini dan Masa yang akan Datang”. Ia memamparkan bahwa Indonesia punya potensi besar sebagai penggerak wakaf lantaran mayoritas penduduknya muslim. Dibandingkan dengan negara-negara di dunia, tidak ada yang penduduk muslimnya sebanyak Indonesia. Ia melanjutkan, masa pandemic covid-19 saat ini mempunyai dampak negative terhadap perekonomian, terutama di Jawa Timur. Oleh karena itu diperlukan wakaf sebagai penggerak perekonomian.
Dampak wakaf tidak hanya dirasakan oleh masyarakat muslim, masyarakat non-muslim juga bisa mendapatkan manfaat pada wakaf ini. Salah satu contohnya Rumah Sakit Mata Ahmad Wardi yang merupakan hasil wakaf kerjasama BWI dan Dompet Dhuafa. Rumah sakit ini telah melakukan rutinitas operasi katarak bagi masyarakat tidak mampu, baik muslim maupun non-muslim.
Peran Wakaf dalam perokonomian, antara lain; mengurangi beban keuangan pemerintah di masa krisis atau pandemi, mengatasi kesenjangan pendapatan, meningkatkan pendidikan masyarakat, meningkatkan pelayanan keagamaan, meningkatkan kesehatan masyarakat, mengurangi beban negara dalam penganggulangan kemiskinan.
Pada Suvey Indeks Literasi Wakaf yang dilakukan oleh Kementrian Agama pada tahun 2020, menghasilkan bahwa nilai pemahaman wakaf dasar sebesar 57.67, Nilai Pemahaman Wakaf Lanjutan 37.97, dan Nilai Indeks Literasi Wakaf di tingkat 50.48. hal ini menjelaskan bahwa tingkat literasi wakaf di Indonesia masih rendah karena berkisar di angka 0 - 60.
Sehingga diperlukan tidak lanjut dalam peningkatan literasi wakaf, antara lain 1) optimalisasi kampanye bersama literasi wakaf sejak dini, 2) kolaborasi aktif seluruh nazir wakaf, 3) pemanfaatan social media, website sebagai portal informasi, 4) adanya pusat kajian dan riset, 5) adanya integrasi database dan referensi wakaf secara online.
Pemateri kedua, Gerryadi Agusta Sachanity selaku dewan pakar digital ekonomi kreatif Sinergi Foundation. Ia menjelaskan bahwa Sinergi Foundation mempunya visi; 1)pengembang kreativitas dan inovasi social. 2) pemberdayaan berbasis wakaf produktif dan ZIS. Sehingga Sinergi Foundation bertugas menyinergikan wakaf oleh individu/kelompok, muslimpreneur, dan entitas ke sector-sektor bisnis dan sosial.
Gerry juga memaparkan program-program wakaf produktif yang ada di Sinergi Foundation, antara lain; 1) wakaf pemakamam, 2) lembaga keuangan syariah; wakaf qardh, 3) wakaf sumber air, 4) wakaf integrated farm, 5) wakaf pesantren yatim, 6) wakaf pendidikan; kuttab al-fatih, 7) wakaf sarana ibadah (masjid), 8) wakaf klinik utama RBS (Rumah Bersalin Cuma-Cuma).
Dewan pakar digital ekonomi kreatif ini menutup paparannya dengan menekankan bahwa ini semua tidak dapat diperoleh tanpa adanya kerjasama-kerjasama antara wakif dan nadzir. Untuk mendapatkan kerja sama wakaf tersebut bisa diperoleh dengan ikhlas dan silaturrahmi. (/lq)